Rabu, 29 Maret 2017

Sejarah Singkat GKJH



Dalam sejarahnya Gereja Kristus Jembatan Hitam (GKJH) bukan berasal dari Gereja Kristus, tetapi dari "Yayasan Gereja Almaseh". Gereja ini awal mulanya dirintis oleh sekelompok orang-orang  percaya yang mengadakan persekutuan di rumah Jap Tjin Siang di Jl Pengukiran No. 39 Jakarta Barat pada awal tahun 1958. Hari demi hari Tuhan menambahkan jumlah orang yang bersekutu di rumah tsb. Kemudian dibentuklah suatu badan hukum yang bernama " Yayasan Gereja Almaseh" pada tanggal 17 Februari 1958, akte notaris no. 156, dengan susunan pengurus sbb:


Ketua                          : Jap Tjin Siang

Wakil Ketua              : Thio Tek Hoo

Penulis I                     : Tan Tjan Goan

Bendahara                 : Lie Tang Seng

Penasehat                  : Lim Tiang Guan

Ex Officio                   : Pdt The Eng Siang

Ternyata yayasan ini tidak bertahan lama. Pada tanggal 02 Juli 1960 secara resmi persekutuan orang-orang percaya ini resmi masuk dan diterima menjadi anggota Sinode Gereja Kristus. Dengan demikian terbentuklah Gereja Kristus yang baru. Pada waktu itu mereka masih tetap menggunakan tempat dari “Yayasan Gereja Almaseh”.

Pada tahun 1963, Gereja Kristus yang baru ini mendapat tempat untuk membangun gedung gereja di Jalan Jembatan Hitam No. 44, Jakarta Barat seluas 180 m. dengan hak Verpoding dari perkumpulan “Lay A Njie” dengan ikatan Akte Persekutuan No. 17 dan Akte Kuasa No. 18, masing-masing pada tanggal 08 April 1963 dan diresmikan penggunaannya pada pertengahan bulan Nopember 1963 oleh Bapak Gouw Yam Soen.

Pada tanggal 17 Februari 1968, demi menunjang pertumbuhan gereja, didirikanlah sekolah dengan nama Sekolah Pengajaran dan Pendidikan “Gereja Kristus”, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), yang pengelolaannya dilakukan oleh beberapa Majelis Jemaat GKJH.


Hamba Tuhan GKJH periode 1970 – 1983
Sejak tahun 1970 – 01 Agustus 1983, hamba Tuhan di GKJH hamper tidak ada yang full time. Gereja ini hanya dilayani oleh Pendeta full time selama tiga tahun. Keberadaannya sebagai berikut:

  • Periode 1970-1971 – Tidak ada pengerja rohani, hanya Pendeta konsulen.
  • Periode 1971-1974 – Ada Pendeta yang bertugas secara full time yaitu Pdt. Ang Soen Kauw dari Sinode Gereja Kristus.
  • Periode 1974-1983 – Kembali tidak ada pengerja rohani yang tetap. Jemaat hanya dipimpin oleh Mejelis Jemaat atau Guru Agama dari SD “Joy”. Kadang mahasiswa yang sedang praktek dari Sekolah Tinggi Teologia Cipanas antara lain Ibu Ev. Sophia Sung (sekaran melayani di gereja Hok Im tong, Bandung). Atau rohaniwan separuh waktu. Hanya pada hari Minggu ada Pendeta atau rohaniwan dari Gereja Kristus, lainnya hanya datang untuk berkhotbah.
  • Periode 01 September 1978 – 31 Juli 1983. Badan Pekerja Harian Sinode Gereja Kristus memperbantukan Ibu Lucie Gunawan sebagai pengerja rohani paruh waktu di GKJH. Dikatakan paruh waktu, karena waktu itu statusnya adalah pengerja rohani penuh waktu di Sinode Gereja Kristus yang melayani di komisi-komisi. Antara lain di komisi Sekolah Minggu, Komisi Pemuda dan Komisi Wanita.
Tahun 1981 Sinode Gereja Kristus menugaskan Ibu Lucie Gunawan untuk membantu pelayanan di Gereja Kristus Sukabumi, mengingat pada waktu itu Gereja Kristus Sukabumi tidak memiliki pengerja rohani. Dengan demikian, waktu pelayanan Ibu Lucie untuk komisi-komisi di Sinode dan GKJH menjadi berkurang. Namun melihat situasi ini, Badan Pengurus Harian Sinode Gereja Kristus memutuskan agar Ibu Lucie Gunawan secara penuh waktu melayani di GKJH saja. 




Keadaan GKJH sebelum tahun 1983

Jumlah jemaat yang terdaftar tahun 1983 sekitar 69 anggota, yang terdiri dari 15 pria dan 54 wanita. Mereka diantaranya adalah 19 orang janda, 12 yang buta aksara, 23 orang berumur di atas 45 tahun dan 15 orang dibawh 45 tahun. Pekerjaan mereka yang berusia di atas 45 tahun pada umumnya ini rumah tangga, karyawan dan beberapa orang tidak bekerja. Mereka yang di bawah 45 tahun, umumnya bekerja sebagai karyawan di toko-toko.

Pendidikan mereka 40% adalah Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan 35 % lainnya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan kira-kira 25 % buta huruf.

Keadaan ekonomi anggota jemaat kira-kira 75% adalah golongan lemah dan selebihnya golongan menengah. Hal ini sangat berpengaruh pada keuangan gereja.

Tempat tinggal jemaat kebanyakan tidak terlalu jauh dari gereja. Yang paling jauh dari gereja terdapat di daerah Kapuk. Kehadiran anggota jemaat pada Kebaktian Minggu berkisar antara 25-30 orang saja. Dan kebanyakan yang hadir adalah orang tua dan wanita.


    
Perkembangan GKJH tahun 1983 – 2001

Sejak 1 Agustus 1983 ibu Lucie Gunawan mulai melayani di GKJH secara full time. Dalam melakukan perbaikan beliau memberi perhatian kepada bagian Sekolah Minggu perlawatan jemaat. Ia juga mengadakan Pemahaman Alkitab (PA) dan Persekutuan Doa secara rutin.

Untuk kegiatan Sekolah Minggu GKJH dibantu oleh gereja Kristus Ketapang khususnya tenaga pengajar atau guru-guru Sekolah Minggu. Hal ini berlangsung selama kurang lebih empat tahun sampai GKJH memiliki guru sendiri dalam pelayanan Sekolah Minggu. Dalam perkembangannya dibentuklah komisi bagian remaja untuk mewadahi anak-anak SM yang sudah tamat di tingkat SD. Lima tahun kemudian terbentuklah bagian pemuda. Kurang lebih ada sekitar 20 pemuda-pemudi yang mengikuti Kebaktian Pemuda yang diadakan setiap Sabtu. Hal ini memberi pengaruh juga terhadap kehadiran jemaat di Kebaktian hari Minggu. Jumlah jemaat yang hadir dalam kebakian Minggu bertambah dari 25-30 orang menjadi 45-55 orang.

Tahun 1990 GKJH mulai mengirim 1-3 muda-mudi ke Gereja Kristus Ketapang untuk mengikuti kelas calon guru-guru Sekolah Minggu yang mereka adakan untuk umum.  Lama pelajaran yang mereka berikan adalah satu tahun. GKJH berusaha untuk mengirimkanny ahampir tiap tahun atau kadang dua tahun sekali. Di anatar mereka yang mengikuti kelas tersebut, justtru ada yang dikukuhkan panggilannya menjadi hamba Tuhan, yaitu Sdr. Budi Dermawan. Setelah nyata panggilannya, gereja mengutus Sdr. Budi Dermawan untuk belajar di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT), Malang. Ada pun sejak bulan April 1999 pelayanan sakramen dilayani oleh Pdt Lucie Gunawan setelah beliau ditahbiskan ke dalam jabatan Pendeta. Sebelunya selama kurang lebih 18 tahun dilayani oleh Pdt Andreas Winata, S.Th dari Gereja Kristus Ketapang sebagai Pendeta Konsulen.




Penghambat Pengembangan
Dalam perjalanan sejarahnya, sekolah yang dimiliki GKJH ternyata menghadapi berbagai hambatan, bahkan ada pihak-pihak tertentu yang ingin memilikinya secara pribadi dengan cara yang ilegal. Untuk menghilangkan jejak bahwa sekolah ini milik gereja maka ada anggota majelis yang diserahi tanggung jawab untuk mengelola sekolah tersebut berusaha menghilangkan surat-surat gereja dan merubah nama sekolah menjadi SD “Guna Kristus” dengan Yayasan Guna Kristus pada tanggal 24 Juli 1970. Kemudian diuabh lagi menjadi TK-SD “Joy” dengan Yayasan Joy. Dan akhirny aberubah lagi menjadi TK-SD “Joy” dengan Yayasan Pendidikan dan Sosial “Joy” pada tahun 1981, dan semua ini dilakukan tanpa seijin Majelis GKJH.

Justru pada waktu keadaaan sudah mulai membaik, gereja mulai berkembang, Sekolah Minggu dan bagian-bagian lainnya mulai bertumbuh, namun terjadi perselisihan dengan SD “Joy” tepatnya pada bulan Februari 1985. Pihak Joy menutup semua ruang kelas kecuali ruang kebaktian untuk hari Minggu. Hal ini sangat mengganggu kegiatan gereja, khususnya ruangan untuk anak-anak Sekolah Minggu.

Perselisihan tersebut mengakibatkan terhambatnya perkembangan gereja bahkan membawa kemunduran total. Sekolah Minggu yang sudah berjumlah anatara 70-80 anak, tahun demi tahun berkurang hingga tersisa kurang lebih 15 anak saja. Mereka dilarang oleh guru-guru SD “Joy” untuk datang ke Sekolah Minggu GKJH. Demikian pula orang tua murid diberitahukan untuk tidak datang ke GKJH. Bagian remaja pun mengalami hal yang sama, berangsur-angsur berkurang karena tempat yang tak menentu dan sebagainya. Malah Yayasan Pendidikan dan Sosial “Joy” dengan sengaja mendirikan gereja di belakang bangunan GKJH dan bekerja sama dengan gereja Bethel. Melalui para pendiri dan mantan Majelis serta mantan para pengurus sekolah, data-data sebagai bukti yang sah dapat ditemukan kembali secara lengkap, ini semua berkat pertolongan Tuhan semata.

Para Majelis dan pengurus serta bantuan dari Bapak dan Ibu Gultom serta Ev. Daniel Herry Iswanto, berusaha untuk menyelesaikan persoalan ini baik secara kekeluargaan dan gerejawi. Tetapi ternyata tidak bisa juga sehingga terpaksa kami lakukan melalui jalur hukum. Dan ini berlangsung selama empat tahun lebih.

Akhirnya, pada tanggal 8 April 1989 secara resmi gedung gereja telah kembali seluruhnya setelah Pemerintah Daerah menyerahkan kepada gereja sesuai dengan fungsi semula. Berdasarkan SK Gubernur No. 10 tahun 1988, SK Walikota Jakarta Barat, Surat Perintah Dinas Perumahan DKI Jakarta. Lalu antara sekolah dan gereja diambil keputusan sebagai berikut:
  1. Sekolah diambil oleh Ny. Mariani Alex (isteri Alex Yusuf – Lee Eng Kim).
  2. Sekolah tidak lagi diadakan di bangunan/lahan gereja.
  3. Gereja memiliki semua ruangan yang ada.


Hamba Tuhan yang pernah melayani part time di GKJH
  1. Ev. Sophia Sung
  2. Pdt Daniel Herry Iswanto, M.Th
  3. Ibu Martha
  4. Ev. Ridhu

Majelis dan Pengurus Bagian Periode 2000 – 2003

Ketua                          : Pnt Jemmy Rondonuwu
Wakil Ketua              : Pnt Welly Tjugito
Sekretaris 1               : Pnt David Setiawan
Sekretaris 2               : Pnt Dewi Susanti
Bendahara 1              : Pnt Tjie Tiong Tjoen
Bendahara 2              : Pnt Jenny Karianto

Anggota                     : Pdt. Lucie Gunawan, M.Div
                                    : Pnt Hendra Kwan
                                    : Pnt Marsih


Pengurus Bagian

Bagian Wanita
Ketua                          : Ibu Melly
Sekretaris                  : Ibu Mastiana
Bendahara                 : Ibu Ratna / Ibu wiwih

Bagian Sekolah Minggu
Ketua/Sekr.               : Sdri Tju Ing
Bendahara                 : Sdri Yani

Bagian Remaja
Ketua                          : Sdr Dede
Sekretaris                  : Sdri Lenny
Bendahara                 : Sdri Mei Ling

Bagian Pasutri
Ketua                          : Bpk Agus Setiawan
Sekretaris                  : Ibu Susi Elawati
Bendahara                 : Ibu Lindawati


(disadur oleh Hendi Rusli dari buku Emeritasi Pdt Lucie Gunawan dan beberapa sumber lisan)

IBADAH EMERITASI DAN PENAHBISAN

Dengan penuh rasa syukur, kami Majelis Jemaat Gereja Kristus Jembatan Hitam akan menyelenggarakan Ibadah Emeritasi Pdt Jusak Herman Mulyatan...